06 April 2009

Pembenihan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus)

Pemasaran ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) hidup sebagian besar berasal dari penangkapan di alam. Pembudidayaan ikan kerapu sunu masih belum berkembang sehingga benih masih mengandalkan pasok dari alam, padahal ketersediaannya terbatas dan tergantung pada musim. Meningkatnya kebutuhan benih kerapu sunu untuk budidaya, memacu untuk dilakukannya pembenihan secara buatan dan terkontrol untuk mengantisipasi kebutuhan benih secara berkesinambungan.

Induk

Ikan kerapu sunu ditangkap dari alam dalam keadaan hidup untuk memenuhi pasaran ekspor dan domestik. Ikan ini banyak ditangkap di perairan NTB, NTT, Sulawesi, Jawa, Maluku dan Sumatera. Ikan yang digunakan sebagai induk terlebih dahulu diseleksi dan didomestikasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kisaran bobot ikan untuk induk betina 500 - 2.500 g dan 1.600 - 3.500 g untuk jantan.

Pemeliharaan Induk

Sebanyak 90 ekor induk ikan dengan perbandingan jantan dan betina 2 : 1 dipelihara dalam bak beton kapasitas 150 m3 dengan sistim air mengalir dan pergantian air sebanyak 300 - 400% per hari. Kisaran bobot tubuh dan panjang total induk betina 500 - 2.500 g dan 30 - 54 cm dan induk jantan 1.600 - 3.700 g dan 44 - 57 cm. Kondisi induk di dalam tangki harus dimonitor untuk menghindari kemungkinan serangan parasit terhadap ikan. Jenis parasit yang menyerang ikan kerapu sunu dalam tangki adalah herudenia. Biasanya parasit menyerang permukaan tubuh, insang, mulut, dan sekitar sirip. Induk yang terserang parasit atau luka dapat diobati dengan cara merendamnya dalam air laut yang berisi formalin 100 - 150 ppm selama 1 jam dan albazu yang dioleskan pada saat ikan akan dikembalikan ke dalam bak pemeliharan.

Pakan Induk

Pakan yang diberikan untuk induk berupa ikan rucah dan cumi segar dengan perbandingan 2 : 1, dengan penambahan vitamin mix. Penambahan vitamin C dan E masing - masing 50 mg dan 25 mg per kg pakan. Pemberian pakan dilakukan satu kali sehari di pagi hari.

Pemijahan Induk Kerapu Sunu

Induk ikan kerapu sunu pertama kali memijah secara alami setelah dipelihara selama 8 bulan di dalam tangki pemeliharaan. Kerapu sunu dapat memijah setiap bulan sepanjang tahun. Induk ikan kerapu sunu memijah di malam hari pada jam 23.00 sampai 02.00. Telur yang terkumpul dalam kolektor dapat dipanen pada jam 07.00 s/d 08.00 pagi.

Pemeliharaan Larva

Pemberian pakan selama pemeliharaan larva sebagi berikut : larva pertama kali diberi pakan 58 jam setelah telur menetas atau berumur 2 hari (D2), Pemnerian pakan awal dilakukan berdasarkan pengamatan perkembangan fase larva. Dari hasil pemeliharaan larva selama 45 - 55 hari diperoleh benih berukuran 2 - 3 cm. Adapun kendala utama yang dihadapi dalam pemeliharaan larva adalah pemberian pakan awal setelah kuning telur habis, larva memiliki bukaan mulut yang relatif kecil dari pada larva kerapu bebek dan kerapu macan. Oleh karena itu larva diusahakan mendapat pakan awal dengan ukuran yang sesuai seperti naupli copepod.

Penggelondongan

Juvenil yang baru dipanen dari bak larva masih kecil dengan kisaran panjang total (TL) 2,5 - 3,5 cm dan masih belum kuat untuk dipelihara di keramba jaring apung (KJA), sehingga perlu dipelihara beberapa lama dalam bak sampai mencapai ukuran gelondongan (6 - 10 cm) yang memerlukan waktu 4 - 6 minggu. Pada fase juvenil biasanya diberi pakan berupa jembret (udang kecil) dan pakan buatan. Pada penelitian gelondongan sebaiknya iberi pakan pelet untuk meningkatkan kualitas juvenil menjadi lebih baik. Pakan buatan dapat disesuaikan formulasinya sesuai dengan kebutuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar