29 April 2009

Teknologi Pembenihan Ikan Golden Trevally (Gnathanodon speciosus Forsskall)

Gnathanodon speciosus, dikenal dengan nama Golden Trevally atau Ikan Kue, ikan ini dapat digunakan sebagai ikan hias dengan nama ikan pidana kuning. Ikan ini berpeluang sebagai spesies kandidat yang dapat dikembangkan dalam usaha budidaya. Ikan ini biasanya hidup pada perairan pantai yang dangkal, karang dan batu karang, termasuk spesies benthopelagic. Ikan ini dapat hidup pada kedalaman 12 m dan sering ditemukan pada laut tropis dan sub tropis. Ikan kue memiliki warna yang kontras keemasan dan bergaris-garis hitam. Termasuk famili dari ikan Carangidae. Benih ikan dapat mencapai juvenil pada umur 30 - 35 hari dan pertumbuhannya relatif cepat. Dalam upaya mendukung usaha pengembangan budidaya ikan hias laut secara berkelanjutan dan ramah lingkungan, maka masih diperlukan riset dan pengembangan teknologi perbenihan dan pembesaran. Produksi masal benih ikan Pidana Kuning atau Golden Trevally (Gnathanodon speciosus, Forsskall) untuk komersialisasi sebagai ikan hias laut dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Sumber Induk

Induk Golden Trevally merupakan hasil tangkapan dari alam dengan menggunakan alat tangkap jaring dan pancing di perairan daerah Jawa Timur dan Bali. Setelah tertangkap induk tersebut ditampung dan dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) selama 10 - 15 hari sampai induk sehat dan mau makan kemudian diangkut dan dipelihara dalam tangki.

Pemeliharaan Induk

Induk ikan dipelihara dengan menggunakan dua bak beton berbentuk bulat dengan warna biru volume 30 - 50 ton. Ikan dipelihara dengan sistim resirkulasi dengan jumlah pergantian air sekitar 200 - 300%/hari. Pakan yang diberikan berupa pakan segar henis ikan dan cumi segar dicampur dengan vitamin mix sekitar 5 - 10 g/kg. Jumlah pakan yang diberikan 3 - 5% biomass per hari diberikan pada pagi dan sore. Untuk menjaga agar ketersediaan oksigen yang optimum dalam air, setiap bak dilengkapi dengan 3 - 4 buah saluran aerasi.

Dari hasil pemeliharaan sekitar 20 ekor calon induk ikan sudah dapat dipelihara dan dilakukan pengamatan terhadap perkembangan gonad untuk mengatahui induk jantan dan bentina. Gonad induk ikan sudah berkembang dan memijah sebanyak 68 kali, menghasilkan telur yang dibuahi sebanyak 6.880.000 butir. Pemijahan alami ikan terjadi setiap bulan pada pukul 17.00 - 19.00 WITA dan sekitar (2 - 17 jam kemudian telur akan menetas).

Persiapan Bak

Tahap awal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan bak yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva. Bak yang digunakan berbentuk bulat atau persegi terbuat dari fiber glass atau beton dengan volume 1 - 8 ton. Sebelumnya bak dicuci dengan bersih dari kotoran - kotoran untuk menghilangkan hama dan penyakit. Pencucian dilakukan dengan menyikat dinding dan dasar bak, dan membilas dengan larutan chlorine hingga merata. Setelah kering diisi air laut dan disaring dengan menggunakan filter bag atau sand filter sampai mencapai ketinggian 75 cm.

Pemeliharaan Larva

Dalam pemeliharaan larva ikan kue, pakan alami yang diberikan adalah plankton jenis Nannochloropsis, Rotifera, naupli artemia dan udang mysid serta pakan buatan. Pemberian naupli artemia dilakukan pada umur 8 hari sampai umur 20 hari, kemudian sebagai pakan tambahan diberi pakan buatan pada umur 15 hari sampai umur 40 hari. Pergantian air dilakukan pada larva umur 10 hari sebanyak 20%, kemudian meningkat hingga 50 - 80%. Setelah umur 30 hari pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara air mengalir atau sirkulasi. Penyiponan dasar bak dilakukan pada saat larva umur 12 hari, kemudian dilakukan setiap 2 hari sekali. setelah umur 35 hari larva ikan kue mencapai ukuran 3 - 4 cm dapat dilakukan panen.

20 April 2009

Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dalam Keramba Jaring Apung

Kerapu macan dalam bahasa Inggris disebut juga brown marbled grouper, carpet cod, flowery cod dan blotchy rock cod. Ikan ini telah dibudidayakan secara luas di Asia Tenggara. Harga Kerapu macan hidup ditingkat pengumpul di Indonesia berkisar antara Rp. 80.000 - 100.000/kg atau sekitar US$ 12 - 17 di Hongkong tergantung ukuran ikan.

Ukuran benih sekitar 8 cm, kerapu ini dapat dibudidayakan hingga ukuran pasar 0,5 kg dalam waktu 8 - 10 bulan. Di Indonesia, benih ukuran ini telah tersedia di hatchery. Pada tahun 2002, sekitar 2 juta benih telah dihasilkan di Bali (sekitar Gondol), Lampung dan Jawa Timur (Situbondo). Harganya berkisar antara Rp. 3.000 - 8.000 per ekor dengan ukuran panjang total 4 - 10 cm. Pada ukuran ini benih kerapu macan memiliki sifat kanibal.

Pada budidaya kerapu, masalah besar adalah serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga saat ini, belum ada cara pengobatan untuk penyakit ini. Untuk mencegah penyakit ini, perlu dilakukan upaya secara berkesinambungan untuk mencegah terjadinya stres dari ikan yang dibudidayakan dan mempertahankan agar ikan selalu dalam kondisi sehat.

Pemilihan Lokasi

Lokasi budidaya harus terlindung dari gelombang besar air laut dan angin kencang. Kerapu di dalam jaring biasa berada pada dasar jaring kecuali pada saat pemberian pakan. Oleh karena itu, bila jaring selalu terganggu oleh gelombang besar, maka ikan akan mengalami stres berat. Perubahan salinitas dan air kotor akan memberikan efek yang membahyakan pada ikan kerapu. Air tawar dari sungai atau air hujan dan air limbah budidaya tambak udang atau pabrik harus dihindari untuk tidak mengalir ke lokasi budidaya.

Pengadaan Benih

Benih yang berasal dari hatchery harus dilakukan seleksi sebelum ditebar untuk budidaya pembesaran. Benih yang mengalami deformity (tidak normal) relatif lebih lemah dan mudah terserang penyakit, disamping itu cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lambat.

Pemberian Pakan

Ikan rucah umum dipergunakan untuk makanan ikan kerapu. Akan tetapi cara ini berhubungan dengan beberapa masalah sebagai berikut :
  • Ketersediaan ikan rucah yang tidak kontinyu.
  • Memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk persiapan.
  • Kualitas ikan rucah yang tidak stabil.
  • Investasi tinggi (perlu freezer dll).
  • Mudah menimbulkan cemaran pada lingkungan budidaya.

Untuk melakukan budidaya kerapu dengan pelet, sangat penting untuk membiasakan benih dengan pelet selama di pendederan. Untuk memperbaiki imunitas dan mengurangi stres ikan yang dibudidayakan, disarankan untuk sesekali menambahkan vitamin C ke dalam pelet.

Kontrol Penyakit

Ciri - ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan. Pengamatan kondisi pakan sangat penting untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit pada ikan. Juga, pada saat kondisi ikan kerapu berubah menjadi jelek, biasanya sering berenang di permukaan air karena gelembung renang membengkak. Bila terdapat ikan semacam ini, pengamatan untuk mengetahui penyebabnya harus segera dilakukan.

Parasit cacing kulit dengan mudah menginfeksi pada kerapu yang dibudidayakan. Untuk menekan pengaruh pada parasit, disarankan untuk melakukan perendaman ikan dalam air tawar (5 menit) dan mengganti jaring setiap 2 - 4 minggu. Parasit lain yang umum dijumpai, seperti cacing insang dapat dibersihkan dari tubuh ikan dengan merendam masing - masing dalam air salinitas tinggi (60 ppt selama 15 menit) dan kutu ikan dengan hydrogen peroxude (150 ppm selama 30 menit). Kerapu kadang - kadang mengalami sirip busuk dan borok. Hal ini terjadi terutama akibat infeksi bakteri. Bila banyak ikan yang menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus segera diberikan. Pemberian ampicilin secara oral (5 - 20 mg/kg berat badan ikan) atau oxolinic acid (10 - 30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi ini. Hampir semua penyakit oleh bakteri dapat dikontrol dengan antibiotik akan tetapi sebelum ikan dipanen, antibiotik seharusnya tidak diaplikasikan pada periode berikut (misalnya : ampicillin, 5 hari ; oxolinic acid, 16 hari sebelum panen jangan diberikan).

06 April 2009

Pembenihan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus)

Pemasaran ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) hidup sebagian besar berasal dari penangkapan di alam. Pembudidayaan ikan kerapu sunu masih belum berkembang sehingga benih masih mengandalkan pasok dari alam, padahal ketersediaannya terbatas dan tergantung pada musim. Meningkatnya kebutuhan benih kerapu sunu untuk budidaya, memacu untuk dilakukannya pembenihan secara buatan dan terkontrol untuk mengantisipasi kebutuhan benih secara berkesinambungan.

Induk

Ikan kerapu sunu ditangkap dari alam dalam keadaan hidup untuk memenuhi pasaran ekspor dan domestik. Ikan ini banyak ditangkap di perairan NTB, NTT, Sulawesi, Jawa, Maluku dan Sumatera. Ikan yang digunakan sebagai induk terlebih dahulu diseleksi dan didomestikasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kisaran bobot ikan untuk induk betina 500 - 2.500 g dan 1.600 - 3.500 g untuk jantan.

Pemeliharaan Induk

Sebanyak 90 ekor induk ikan dengan perbandingan jantan dan betina 2 : 1 dipelihara dalam bak beton kapasitas 150 m3 dengan sistim air mengalir dan pergantian air sebanyak 300 - 400% per hari. Kisaran bobot tubuh dan panjang total induk betina 500 - 2.500 g dan 30 - 54 cm dan induk jantan 1.600 - 3.700 g dan 44 - 57 cm. Kondisi induk di dalam tangki harus dimonitor untuk menghindari kemungkinan serangan parasit terhadap ikan. Jenis parasit yang menyerang ikan kerapu sunu dalam tangki adalah herudenia. Biasanya parasit menyerang permukaan tubuh, insang, mulut, dan sekitar sirip. Induk yang terserang parasit atau luka dapat diobati dengan cara merendamnya dalam air laut yang berisi formalin 100 - 150 ppm selama 1 jam dan albazu yang dioleskan pada saat ikan akan dikembalikan ke dalam bak pemeliharan.

Pakan Induk

Pakan yang diberikan untuk induk berupa ikan rucah dan cumi segar dengan perbandingan 2 : 1, dengan penambahan vitamin mix. Penambahan vitamin C dan E masing - masing 50 mg dan 25 mg per kg pakan. Pemberian pakan dilakukan satu kali sehari di pagi hari.

Pemijahan Induk Kerapu Sunu

Induk ikan kerapu sunu pertama kali memijah secara alami setelah dipelihara selama 8 bulan di dalam tangki pemeliharaan. Kerapu sunu dapat memijah setiap bulan sepanjang tahun. Induk ikan kerapu sunu memijah di malam hari pada jam 23.00 sampai 02.00. Telur yang terkumpul dalam kolektor dapat dipanen pada jam 07.00 s/d 08.00 pagi.

Pemeliharaan Larva

Pemberian pakan selama pemeliharaan larva sebagi berikut : larva pertama kali diberi pakan 58 jam setelah telur menetas atau berumur 2 hari (D2), Pemnerian pakan awal dilakukan berdasarkan pengamatan perkembangan fase larva. Dari hasil pemeliharaan larva selama 45 - 55 hari diperoleh benih berukuran 2 - 3 cm. Adapun kendala utama yang dihadapi dalam pemeliharaan larva adalah pemberian pakan awal setelah kuning telur habis, larva memiliki bukaan mulut yang relatif kecil dari pada larva kerapu bebek dan kerapu macan. Oleh karena itu larva diusahakan mendapat pakan awal dengan ukuran yang sesuai seperti naupli copepod.

Penggelondongan

Juvenil yang baru dipanen dari bak larva masih kecil dengan kisaran panjang total (TL) 2,5 - 3,5 cm dan masih belum kuat untuk dipelihara di keramba jaring apung (KJA), sehingga perlu dipelihara beberapa lama dalam bak sampai mencapai ukuran gelondongan (6 - 10 cm) yang memerlukan waktu 4 - 6 minggu. Pada fase juvenil biasanya diberi pakan berupa jembret (udang kecil) dan pakan buatan. Pada penelitian gelondongan sebaiknya iberi pakan pelet untuk meningkatkan kualitas juvenil menjadi lebih baik. Pakan buatan dapat disesuaikan formulasinya sesuai dengan kebutuhan.