Ukuran benih sekitar 8 cm, kerapu ini dapat dibudidayakan hingga ukuran pasar 0,5 kg dalam waktu 8 - 10 bulan. Di Indonesia, benih ukuran ini telah tersedia di hatchery. Pada tahun 2002, sekitar 2 juta benih telah dihasilkan di Bali (sekitar Gondol), Lampung dan Jawa Timur (Situbondo). Harganya berkisar antara Rp. 3.000 - 8.000 per ekor dengan ukuran panjang total 4 - 10 cm. Pada ukuran ini benih kerapu macan memiliki sifat kanibal.
Pada budidaya kerapu, masalah besar adalah serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga saat ini, belum ada cara pengobatan untuk penyakit ini. Untuk mencegah penyakit ini, perlu dilakukan upaya secara berkesinambungan untuk mencegah terjadinya stres dari ikan yang dibudidayakan dan mempertahankan agar ikan selalu dalam kondisi sehat.
Pemilihan Lokasi
Lokasi budidaya harus terlindung dari gelombang besar air laut dan angin kencang. Kerapu di dalam jaring biasa berada pada dasar jaring kecuali pada saat pemberian pakan. Oleh karena itu, bila jaring selalu terganggu oleh gelombang besar, maka ikan akan mengalami stres berat. Perubahan salinitas dan air kotor akan memberikan efek yang membahyakan pada ikan kerapu. Air tawar dari sungai atau air hujan dan air limbah budidaya tambak udang atau pabrik harus dihindari untuk tidak mengalir ke lokasi budidaya.
Pengadaan Benih
Benih yang berasal dari hatchery harus dilakukan seleksi sebelum ditebar untuk budidaya pembesaran. Benih yang mengalami deformity (tidak normal) relatif lebih lemah dan mudah terserang penyakit, disamping itu cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lambat.
Pemberian Pakan
Ikan rucah umum dipergunakan untuk makanan ikan kerapu. Akan tetapi cara ini berhubungan dengan beberapa masalah sebagai berikut :
- Ketersediaan ikan rucah yang tidak kontinyu.
- Memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk persiapan.
- Kualitas ikan rucah yang tidak stabil.
- Investasi tinggi (perlu freezer dll).
- Mudah menimbulkan cemaran pada lingkungan budidaya.
Untuk melakukan budidaya kerapu dengan pelet, sangat penting untuk membiasakan benih dengan pelet selama di pendederan. Untuk memperbaiki imunitas dan mengurangi stres ikan yang dibudidayakan, disarankan untuk sesekali menambahkan vitamin C ke dalam pelet.
Kontrol Penyakit
Ciri - ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan. Pengamatan kondisi pakan sangat penting untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit pada ikan. Juga, pada saat kondisi ikan kerapu berubah menjadi jelek, biasanya sering berenang di permukaan air karena gelembung renang membengkak. Bila terdapat ikan semacam ini, pengamatan untuk mengetahui penyebabnya harus segera dilakukan.
Parasit cacing kulit dengan mudah menginfeksi pada kerapu yang dibudidayakan. Untuk menekan pengaruh pada parasit, disarankan untuk melakukan perendaman ikan dalam air tawar (5 menit) dan mengganti jaring setiap 2 - 4 minggu. Parasit lain yang umum dijumpai, seperti cacing insang dapat dibersihkan dari tubuh ikan dengan merendam masing - masing dalam air salinitas tinggi (60 ppt selama 15 menit) dan kutu ikan dengan hydrogen peroxude (150 ppm selama 30 menit). Kerapu kadang - kadang mengalami sirip busuk dan borok. Hal ini terjadi terutama akibat infeksi bakteri. Bila banyak ikan yang menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus segera diberikan. Pemberian ampicilin secara oral (5 - 20 mg/kg berat badan ikan) atau oxolinic acid (10 - 30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi ini. Hampir semua penyakit oleh bakteri dapat dikontrol dengan antibiotik akan tetapi sebelum ikan dipanen, antibiotik seharusnya tidak diaplikasikan pada periode berikut (misalnya : ampicillin, 5 hari ; oxolinic acid, 16 hari sebelum panen jangan diberikan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar